Jumat, 06 April 2012

SERUAN BERKARYA




Malam ini, ada kisah yang ingin aku sampaikan
Bersama angin yang berhembus
Biarkan seluruh isi hati kutuangkan
Dalam deretan huruf
Merangkai kata dan menyusun makna



Baru saja aku tiba dari perjalanan jauh. 3 jam, cukup melelahkan. Sebuah daerah pedalaman yang jauh dari hiruk pikuk seperti di sini, di Makassar. Masyarakatnya mengandalkan tanah sebagai sumber penghasilan utama. Sejauh mana mereka konsen dan berusaha di dalamnya, sebegitu pula hasil yang akan diperolehnya.
Daerah itu adalah Malakaji. Desa yang hampir hilang dari peta. Saking begitu dalamnya dari jalan poros. Tapi itu tidak mengurungkan semangat yang saya miliki. Bagiku itu sudah biasa. Perjalanan 3 jam-an bagiku sudah sering kulakukan.
Di atas motor, tanda-tanda ngantuk telah kurasakan. Mata yang berkunang-kunang, dan mulut yang dari tadi berulang-ulang menguap. Meskipun diguyur hujan.
Tepat setelah dari perjalanan itu. Kelelahan menghampiriku. Tidak ada pilihan lain. Daurah yang dari awal diniatkan untuk diikuti, ternyata tidak sempat lagi untuk didatangi. Aku langsung pulang. Jaket masih basah. Baju dan celana masih lembab langsung kulepaskan dan kugantung. Celana pendek dan kaos oblong membalut diriku. Tak sadar, aku melempar bantal. Dan langsung kurebahkan diri untuk memenuhi keinginan badan yang seakan-akan menghempasku. Segera saja kepala ini menyentuh bantal. Tepat setelah itu dalam hitungan detik pikiranku hilang sedikit demi sedikit.
Astaghfirullah… Saya bangun dalam keadaan tergesa-gesa. Tanpa sadar ternyata kelelahan telah menyeret kesadaranku hampir lima jam. Ya, jam dua siang aku tidur, kini kuambil handphone. Jam digitalnya menunjukkan 19. 09. Sudah jam 7 malam. Astaghfirullah. Sudah jam tujuh, aku belum shalat ashar dan shalat maghrib. Segera saja aku ammulingkasa’ bangkit dari pembaringan. Setelah berwudhu, aku buru-buru shalat ashar dan shalat maghrub sekalipun ternyata suara adzan shalat isya telah dikumandangkan. Aku tidak tahu fikihnya bagaimana. Yang jelas bagi saya. Tadi dalam keadaan tidur. Niatnya bangun setengah empat untuk shalat ashar, eh.. malah ketiduran hingga jam 7 malam. Akhirnya kuputuskan tetap shalat ashar dan mashrib diwaktu itu. Menurut pengetahuan saya, fikihnya dalam kondisi lupa jadi insya allah kita tidak dihukumi bersalah.

Kamis, 05 April 2012

IMAN, IDEALISME DAN FALSAFAH POHON





Abu Fath el_Faatih

Layaknya sebuah pohon, akar-akarnya menghujam jauh ke tanah. Menembus dan membelah bebatuan, menusuk bumi. Menyusuri lapisan demi lapisan. Batangnya tegak, kokoh meninggi. Tak bergeming dihempas badai. Tak goyah diguncang gempa.
Pohon itu tangguh. Ranting-rantingnya menjulang jauh ke angkasa seakan mencapai bintang. Dedaunannya berwarna hijau cerah, lebar menala terik cahaya mentari. Buahnya manis dan beraroma wangi.
Pohon itu indah berdiri di atas gunung-gunung batu diselingi jurang dan tebing-tebing terjal yang terkikis oleh deburan badai ombak.
Pohon itu hebat.  Melawan badai dan hempasan angin, karena akarnya kuat menggigit bumi. Tak bergeming diterpa ujian, karena batangnya tegar dan ranting-rantingnya lentur melawan terpaan angin. Bahkan ia memberi perlindungan dan manfaat kepada manusia, kepada burung-burung, serangga dan yang lainnya. Keberadaannya memberi hikmah, memotivasi untuk berusaha mendapatkan cita-cita dan memberi karya yang terbaik untuk agama-Nya yang mulia.